Merencanakan Ketidakpastian

Merencanakan Ketidakpastian

Berawal dari ide Mas Danton Prabawanto, Direktur Edukasi dan Peningkatan Kapasitas Komunitas Tangan Di Atas 5.0, untuk membuat perjalanan ke daerah yang belum pernah kami datangi.

Lalu kami memilih Bima, Nusa Tenggara Barat sebagai destinasi. Merencanakan perjalanan tanpa persiapan.

Kami merasa perlu ada element of surprise dalam perjalanan ini. Sama seperti perjalanan bisnis. Banyak hal yang tidak terduga kita alami. Disrupsi di era digital mengejutkan banyak orang, lalu kita harus terkejut atau membuat kejutannya? 

Jadilah kami berjalan tanpa info awal dan baru menentukan ketika tiba di tujuan. Mencari solusi dan informasi untuk setiap persoalan yang dihadapi.

Bertemu di Sutabaya, Kami menjelajahi Bima-Pulau Moyo-Pulau Kenawa-Pulau Paseran-Pulau Kambing-Mataram.

Perubahan rute pesawat, transportasi darat, perubahan destinasi karena cuaca, sambil menikmati kuliner lokal semua jadi bagian dari perjalanan. So much fun!

Sukses kah? Ini bagian dari proses. Bab nya menikmati prosesnya. Biaya dan waktu jadi kurang efektif, tapi banyak pelajaran dari situ.

Selain itu kami berdiskusi tentang bisnis masing-masing, saling mengenal lebih jauh dari proses lamarannya Hernawan Adi Wibowo, sampai bisnis, haha. Insya Allah kerjasama dan kolaborasi terjalin sambil jalan, bukan keharusan dan bukan keniscayaan juga 

Let’s get lost!
Selamat datang di TDA Mbolang.

Bimo Prasetio
Founder Smart Legal Network

4 Tips Membangun Mindset Korporasi Seperti Steve Jobs

4 Tips Membangun Mindset Korporasi Seperti Steve Jobs

Sudah nonton film Jobs? Tentunya film tentang Steve Jobs, sang pendiri Apple Inc.

Ada angle menarik yang saya lihat dari film itu mengenai leadership dan entrepreneurship. Mengenai mindset pengusaha yang harus memiliki visi jauh ke depan.

Jobs sudah memiliki mindset korporasi walaupun memulai usahanya di garasi. Hal ini terlihat dari bargaining yang dilakukannya saat bertemu dengan Mike Markkula, sang angel investor.

Dalam perkembangannya, salah satu kunci besarnya Apple adalah dengan menjadi perusahaan publik dan melakukan fund raising melalui IPO (Initial Public Offering). Nah, kalau bisnisnya masih perorangan dan tidak berbentuk perusahaan (kalau di Indonesia PT), tidak bisa menjadi perusahaan publik. Kenapa? Karena yang dijual adalah lembar saham perusahaan tersebut.

SONY DSC

SONY DSC

Di sisi lain, Steve Jobs membesarkan bisnis dengan strategi branding, baik company maupun produk, bukan personal branding terhadap dirinya.

Bahkan Jobs sebagai pendiri pun sempat “dibuang” oleh Apple. Hal ini dimungkinkan karena dia bukan pengendali di Apple Inc, dengan kata lain bukan pemegang saham mayoritas. Namun, Apple kembali menarik dirinya saat mengalami masa krisis. Dan hingga kini, Steve Jobs telah meninggalkan legacy.

Lalu, harus dimulai darimana?

1. Memahami Karakter Badan Usaha
Ada berbagai badan usaha, tapi tidak semuanya badan hukum. Nah lho, apa bedanya. Ada yang namanya PT (Perseroan Terbatas), ada CV, Firma dan lainnya. Pahami dulu karakter dari tiap badan itu sebagai dasar pemilihan.

2. Memilih Badan Usaha yang Tepat
Selain memahami karakter dari jenis badan usaha, untuk memilih badan usaha yang tepat, harus diperhatikan juga beberapa hal lain seperti: persyaratan dari peraturan yang berlaku, pemisahan tanggung jawab dan kekayaan, biaya pendirian, pengambilan keputusan dalam badan usaha. Hal ini penting sebagai dasar pertimbangan dalam mendirikan badan usaha. Khusus untuk pebisnis pemula, pahami alasan memilih PT dan alasan memilih CV.

3. Memahami Fungsi dan Kewenangan Organ dalam Perusahaan
Seringkali pengusaha pemula tidak memahami fungsi dan kewenangan dari organ perusahaan dan cenderung mencampuradukkan hal tersebut disebabkan pemahaman yang belum dibangun. Tidak semua pemegang saham itu harus menjadi direksi atau komisaris.

Di sisi lain, tidak semua direksi dan komisaris merupakan pemegang saham. Karena jelas, dalam suatu PT, pemegang saham adalah pengambil keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direksi adalah perwakilan dari satu PT dalam melakukan kegiatan usaha sehari-hari, di sisi lain, sedangkan Komisaris merupakan pengawas dari tindakan direksi.

Seperti dalam kasus Steve Jobs, sekalipun dia salah satu pemegang saham, namun oleh pemegang saham mayoritas, Jobs dapat diberhentikan dari posisinya sebagai direksi perusahaan. Hal ini menunjukkan, setiap organ memiliki fungsi dan kewenangan yang berbeda.

4. Menjalankan Perusahaan Sesuai dengan Kepatuhan Hukum (Compliance)
Tidak perlu minta maaf kalau sudah minta izin. Tapi aspek hukum itu tidak melulu soal izin kok, karena yang namanya izin itu identik dengan biaya ya, hehe. Bukan soal itu saja, kepatuhan hukum itu lebih kepada teknis, apa do(s) or don’t(s) bagi satu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

Semisal, bagi satu PT ada kewajiban untuk melakukan CSR (Corporate Social Responsibility). Jangan salah, kegiatan CSR ini bisa menjadi satu media campaign yang baik bagi perusahaan lho.

CSR bisa digunakan untuk memfasilitasi Community Development atau kegiatan di luar core Business perusahaan yang juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Tiap bisnis atau industri akan berbeda-beda, memahami hak dan kewajiban pelaku usaha di mata hukum tentu akan meningkatkan Citra dan Brand perusahaan.

Bimo Prasetio
Founder Smart Legal Network

Bimo Prasetio