Kiat Lawyer Jaga Hubungan Baik dengan Mantan Kantor Mulai Diskusi Sampai Main Basket Bersama

Kiat Lawyer Jaga Hubungan Baik dengan Mantan Kantor Mulai Diskusi Sampai Main Basket Bersama

Kiat Lawyer Jaga Hubungan Baik dengan Mantan Kantor

M Agus Riza (kiri) dan Bimo Prasetio (kanan). Foto: Istimewa
Kamis, 25 Pebruari 2016. Dalam menapaki karier, seorang lawyer bisa berpindah dari satu law firm ke law firm lain dengan beragam alasan. Ada yang mengatakan ingin tantangan baru, ada yang menginginkan waktu lebih lowong, ada juga yang pindah karena berharap dapat meningkatkan kesejahteraan.Namun, pindah bukan berarti hubungan lawyer dengan kantor lamanya selesai. Bimo Prasetio, yang dua kali pindah law firm sebelum akhirnya membuat kantor sendiri, mengatakan bahwa menjaga hubungan baik dengan kantor lama itu sangat diperlukan.Terlebih lagi menjaga hubungan dengan atasan dan klien selama bekerja di tempat tersebut. “Kalau kita bisa menjaga baik itu, hubungan dengan atasan, klien, semua akan baik,” ujar Bimo saat ditemui di kantornya, BP Lawyers, yang terletak di kawasan Kuningan, awal Februari lalu.Bimo sendiri masih rutin bertemu dengan mantan rekan kerja serta bosnya. Seringnya, lulusan Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH UNAIR) ini berdiskusi sekaligus berguru soal manajemen kantor untuk mempertajam ilmunya dalam mengurus kantor miliknya.“Saya masih datang ke partner saya yang lama untuk konsultasi terkait bagaimana mengembangkan kantor, apa yang harus dilakukan, minta dia sharing pengalamannya dia dulu. Nah, dari sini hubungan baik itu berlanjut, bahkan pertemanan kami di socmed (social media) juga masih ada,” tutur Bimo.

Bahkan, untuk menjalin hubungan, Bimo kerap melakukan olahraga bersama rekan-rekannya tersebut. “Saya itu bahkan dengan teman-teman di kantor lama masih suka basket bareng. Kita olah raga bareng masih sering,” lanjut keluaran kantor hukum Adnan Buyung Nasution & Partners (ABNP) dan Hanafiah Ponggawa & Partners (HPRP) Law Firm ini.

Silaturahmi serupa juga dibangun oleh pendiri kantor Riza Hufaida & Partners M. Agus Riza Hufaida dengan dua kantor lamanya, Maiyasyak Rahardjo & Partner dan Sani, Aminoeddin & Partners (SAP) Advocates. Sebab lewat senior-senior di kantor lama itu dirinya belajar banyak hal.

“Kalau saya ngerasanya gini. Saya kan solo karier ya, saya ngerasa saya masih hijau banget lah, jadi masih perlu bimbingan dan bantuan dari senior-senior itu. Makanya kepada siapapun, khususnya kepada almamater kantor ya tetep harus baik hubungannya,” ia menjelaskan.

Beragam cara dilakukan Riza dalam menjalin hubungan dengan para koleganya tersebut. “Kita jaga komunikasi tetap baik kepada partnernya atau pun temen-temen di sana. Ya paling ngga sekedar ngucapin kalau ada momen apa. Atau datang silaturahmi ke sana kalau emang mau puasa atau lebaran,” imbuh lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) ini.

Silaturahmi Membawa Rezeki
Menjaga tali persaudaraan antara lawyer dengan kantor lama ternyata juga bisa membuka jalan untuk mendapatkan rezeki lebih, loh. Nilai plus ini diakui baik oleh Bimo maupun Riza.

Keduanya menyampaikan kalau mereka tak jarang ikut dilibatkan dalam proyek-proyek di kantor lama mereka. Bahkan, keduanya malah mendapat klien dari rujukan para senior tersebut.

“Dari kantor hukumnya Pak Arsul, kalau ada kerjaan atau proyek kita juga masih sering diminta bantuan,” kata Riza.

Bimo pun sama. Berkat hubungan baik yang masih dibinanya dengan kantor lama, ia beberapa kali mendapatkan kiriman kasus. “Dari mantan partner yang (saya) sering kerja (sama dia) itu datang beberapa referral case,” tutup Bimo.

Sumber: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56cecc82f2bab/kiat-lawyer-jaga-hubungan-baik-dengan-mantan-kantor

Aplikasi Qoloni Wakili Indonesia di Turki

Rachmatunnisa – detikinet
Minggu, 07/02/2016 15:53 WIB
Aplikasi Qoloni Wakili Indonesia di Turki
Foto: dok. Qoloni/detikINET

Jakarta – Aplikasi lokal semakin unjuk gigi. Kali ini giliran Qoloni yang mewakili Indonesia bersaing di ajang kompetisi aplikasi tingkat internasional.

Qoloni, aplikasi media bantu sosial berbasis crowdfunding, akan berlaga di final Startup Turkey akhir Februari 2016 di Antalya, Turki. Di sini, Qoloni diadu dengan puluhan startups dari Eropa dan Asia.

Qoloni dinyatakan lolos pada seleksi awal kompetisi di awal Januari 2016, dan wajib mengikuti karantina dan final kompetisi pada 26 Februari 2016.

Pengembangan Qoloni sendiri didorong oleh besarnya peluang melakukan perubahan sosial. Perubahan bisa terjadi, jika tiga aspek masalah sosial, yaitu pendonor, aktivis dan enabler berupa teknologi, bertemu jadi satu.

“Ide dasar Qoloni sederhana, yaitu menyediakan satu ruang bersama untuk para aktivis lapangan, donatur individual maupun korporasi, serta netizen yang peduli masalah sosial,” kata founder Qoloni Kurniawan Mahdi dalam keterangannya yang diterima detikINET, Minggu (7/2/2016).

“Semuanya bisa berkolaborasi tanpa batasan wilayah, kemampuan dana atau tenaga dan tanpa batasan agama, aliran atau organisasi,” sambungnya.

Crowdfunding atau aktivitas bantuan sosial yang dilakukan secara bersama-sama oleh publik (crowd) belakangan kian dikenal. Di negara-negara maju, cara ini sudah cukup lama dimanfaatkan.

Motif dan tujuannya beragam, mulai dari membantu korban bencana alam dan kelaparan, mendanai startup yang baru tumbuh, hingga donasi bersama untuk kampanye politik.

Qoloni sendiri saat ini sudah tersedia untuk perangkat berbasis Android. Semua fitur di dalamnya, menyediakan berbagai channel untuk memudahkan aktivitas sosial.

“Publik yang peduli sosial saat ini berbeda perilakunya. Saat mereka berdonasi, ingin melihat secara kongkrit donasinya untuk apa dan bagaimana pertanggungjawabannya. Maka Qoloni selain bertujuan memudahkan publik melakukan aksi sosial melalui dana, dukungan dan tenaga, juga menyediakan fitur yang transparan dan akuntabel,” terang Kurniawan.

Bimo Prasetio, co-founder Qoloni menambahkan, ada peluang besar untuk saluran dana publik dalam menyelesaikan masalah sosial. Qoloni ingin ikut mengambil peran dalam pemerataan penyaluran dana tersebut.

“Data BAZNAS potensi dana sosial berbentuk zakat, infaq dan shadaqah di Indonesia adalah yang terbesar di Asia, yaitu Rp 217 triliun. Tapi yang terkumpul melalui lembaga amil zakat resmi yang jumlahnya sekitar 500-an, baru terkumpul 10% nya atau sekitar Rp 20 triliun per tahun,” kata Bimo.

Jika mengunjungi situs www.qoloni.com, publik bisa melihat langsung jumlah proyek, jumlah relawan, jenis proyek, proyek yang telah tertangani dan proyek yang sedang proses penyelesaian. Bagi yang ingin bergabung di Qoloni, tak sulit caranya. Cukup mendaftarkan email atau menggunakan akun Twitter dan Facebook.

“Semua aktivitas dukungan, donasi dan pelaporan terhubung ke notifikasi via SMS Gateway. Setelah memiliki ID, member bisa mendaftarkan proyek untuk didanai, meliputi 6 bidang yaitu Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur, Konservasi dan Inspirasi. Jika tidak ingin terlibat aktif, member juga bisa berkontribusi sekedar melakukan like dan share.” terang Mahdi.

Ketua komunitas Jambi Motocross, Abdee, mengapresiasi platform Qoloni. JAMSMOG, komunitas yang dia ketuai, terlibat sebagai pengawas lapangan proyek Qoloni di Jambi yaitu renovasi jembatan gantung yang didanai sepenuhnya oleh Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI).

“Kami senang karena dilibatkan. Tak sekedar menyalurkan hobi motocross, tapi juga bisa ikutan aksi sosial,” ujar Abdee.

Co-founder Qoloni Endy Kurniawan mengklaim, sejak diluncurkan akhir September 2015, harapan dan aspirasi publik di luar perkiraan. Saat ini sudah ada 600 lebih anggota.

“Ada 70 program sosial yang sudah didaftarkan. Sebanyak tujuh di antaranya telah selesai dibantu oleh donatur dan dijalankan programnya oleh relawan,” tutupnya. (rns/rns)

Sumber: http://inet.detik.com/read/2016/02/07/155315/3136774/398/aplikasi-qoloni-wakili-indonesia-di-turki

BPTSP Virtual Office Dibentuk, Pengusaha Startup Naik Kelas  

BPTSP Virtual Office Dibentuk, Pengusaha Startup Naik Kelas  

KAMIS, 04 FEBRUARI 2016 | 08:39 WIB

BPTSP Virtual Office Dibentuk, Pengusaha Startup Naik Kelas  
Startup Weekend Jakarta di Conclave Working Space, Jakarta, 3 Oktober 2015. TEMPO/Erwin Zachri
TEMPO.COJakarta – Wakil Ketua Umum Perhimpunan Pengusaha Jasa Kantor Bersama Indonesia (Perjakbi) Bimo Prasetio menilai dibentuknya Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) DKI Jakarta untuk mengeluarkan perizinan virtual office membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. BPTSP DKI Jakarta dibentuk melalui Surat Edaran (SE) Nomor 06/SE/2016, memberikan izin legalitas kepada perusahaan yang beralamat kantor di virtual office.

“Kalau ada dukungan pemerintah yang kuat untuk menciptakan iklim ekonomi yang baik, kami yakinstartup dan UKM akan naik kelas,” kata Bimo, dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 3 Februari 2016.

Dengan iklim usaha yang kondusif, kata Bimo, ekonomi Indonesia akan membaik. Menurut dia, pengusaha pemula dapat mengatasi masalah perizinan yang selama ini terganjal. “Pengusaha menjadi semakin mantap dalam merintis usaha tanpa terganjal masalah izin, legalitas. Selama ini pengusaha pemula terganjal dengan masalah izin dan legalitas yang membuat mereka terhambat,” katanya.

Bendahara Umum Perhimpunan Pengusaha Jasa Kantor Bersama Indonesia (Perjakbi) Erwin Soerjadi mengaku organisasinya siap menjadi mitra pemerintah dalam membuat regulasi yang terkait dengan penggunaan kantor bersama atau kantor virtual. “Surat Edaran ini merupakan langkah maju untuk mendorong pelaku startup di Indonesia,” ujar Erwin.

Saat ini, kata dia, pelaksanaan virtual office perlu diawasi agar tidak disalahgunakan. “Lewat Perjakbi, pemerintah bisa mengevaluasi perusahaan yang berkantor di virtual office secara kolektif,” katanya.

Pengusaha startup, Dany Benua, mengatakan adanya regulasi yang jelas membuat pengusaha bisa mendapatkan legalitas perusahaannya. Menurut dia, apabila regulasi penggunaan virtual officesudah jelas, penggunaan teknologi pengusaha juga meningkat. “Pengusaha butuh kepastian, apalagi pengusaha pemula dan UKM,” ujar Dany yang juga CEO DealPIK.co.id.

Sumber: https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/02/04/090742110/bptsp-virtual-office-dibentuk-pengusaha-startup-naik-kelas

Bimo Prasetio